Jumat, 24 Januari 2014

PENDAPAT AHLI TENTANG BEE PROPOLIS

Dr. Aagaard dari Denmark melalui bukunya berjudul PROPOLIS, Natural Substance: The Way of Health”, menyatakan propolis membantu meningkatkan regulasi hormon-hormon dalam tubuh dan merupakan substansi antibiotika alami yang merangsang daya tahan tubuh. Penggunaannya sangat luas, baik bagi penderita sakit maupun yang berada dalam kondisi sehat, karena melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme (bakteri, virus dan jamur) juga dapat menyembuhkan berbagai infeksi yang disebabkan mikroorganisme tersebut.


S. Scheller J. Tustannowski dan Z. Paradowski dari Polandia telah melakukan penelitian yang kemudian dituangkan ke dalam tulisan yang berjudul: “Comparative Study on The Staphylococcus” sebagaimana telah diketahui bersama bahwa antibiotika sintetik pada umumnya membunuh hampir semua mikroorganisme, baik yang mengganggu kesehatan maupun yang berguna bagi tubuh manusia. Selain itu pula antibiotika termaksud juga akan menjadi resisten (kebal) terhadap beberapa kuman bilamana cara penggunaannya tidak tepat dosis lamanya, sehingga memungkinkan untuk pengobatan kemudian dilakukan upaya peningkatan dosisnya.

Dalam makalah penelitian tersebut diatas, ditunjukkan bagaimana penelitian dilakukan terhadap kuman Staphylococcus dan pengaruh Bee Propolis, yang hasilnya menunjukkan bahwa propolis mampu menghambat pertumbuhan sejumlah strain kuman Staphylococcus yang menimbulkan berbagai penyakit infeksi yang sulit diberantas. Semua jenis strain nyang sensitive (peka) terhadap propolis, ternyata resisten (kebal) terhadap antibiotika lainnya.

      Dr. Bent Havsteen, dari Kiel University Jerman, menunjukkan bahwa bioflavonoid yang terbanyak dikandung propolis, berkemampuan untuk memperbaiki serta memperlancar sistem pembuluh darah juga berperan penting dalam pembentukan sistem kekebalan tubuh (antigen-antibodi) melawan serangan penyakit. Bioflavonoid mencegah atau menghambat produksi “prostaglandin” (sejenis senyawa lemak yang dapat menyebabkan demam dan rasa nyeri). Selain itu propolis dapat mencegah alergi. Sebagaimana kita ketahui bahwa didalam tubuh terdapat 2 macam substansi yaitu histamine dan serotonin yang saling berkaitan, berperan dalam melindungi tubuh dari alergi. Ikatan Histamin-Serotonin akan terputus bila ada zat asing (alergen) yang masuk ke dalam tubuh kita, dengan akibat histamine yang berdiri sendiri tadi (tanpa serotonin) akan menimbulkan reaksi alergi. Propolis dalam hal ini berperan mencegah terjadi pautusnya ikatan Histamin-Serotonin tersebut.

Dr. Fang Chu dari Jiangsu, RRC memberikan 300 mg Propolis 3 kali sehari kepada pasien-pasiennya yang mengidap hiperlipidemia (jumlah lemak yang tinggi di dalam darah), tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah (termasuk pembuluh darah jantung-coroner) selama kurang lebih 4 minggu. Hasil yang diperoleh adalah penurunan jumlah lemak di dalam darah, serta menurunnya tekanan darah menuju ideal. Ternyata khasiat yang ditunjukkan Propolis tersebut diatas adalah akibat kemampuan propolis untuk melancarkan peradaran darah.

Hendryk Suchy, M.D Gynecolog dari Polandia berhasil menyembuhkan pasiennya dan  mencegah penyakit radang alat reproduksi dengan propolis dimana jenis penyakit infeksi ini cukup antibiotika mampu membasmi mikroorganisme serta mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh manusia.
Salah satu artikel pada “Drugs Under Experimental and Clinical Research” edisi 1993, mengungkapkan kalau propolis dapat mencegah dan mengobati peradangan serta membantu penyembuhan luka.

V.P.Kivalkina dan E.L Budarkova, dari Uni Soviet dalam penilitiannya yang ditulis dalam makalah berjudul “Propolis Impact on the Immunogenesis in the Case of Immunization with Antitoxin”, menyimpulkan bahwa Propolis merangsang reaksi imunitas. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian Bee Propolis bersamaan dengan antitoxin dengan tujuan imunisasi ternyata memiliki efektivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemberian antitoksin saja.

Jurnal Ethnopharmacology edisi 1994, mencatat bahwa flavonoid dan ethanol di dalam propolis dapat berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengikat radikal bebas. Phenol sebagai antioksidan yang dikandung Propolis dapat berfungsi seperti vitamin E.

N. Popovici dan N. Oita, dari Lembaga Penelitian Kesehatan Romania telah melakukan penelitian dan hasilnya dituangkan di dalam makalahnya yang berjudul “Influence of Extract of Propolis on  Mitosis”, disebutkan bahwa Propolis dapat mencegah terjadinya dan perkembangan sel Kanker. Disebutkan bahwa sel kanker terjadi akibat adanya pembelahan/perkembangan sel (replikasi regenerasi) tidak sesuai dengan yang seharusnya terjadi. Pembelahan sel yang berlebih kerap tak terkendali, dan cenderung mendesak dan merusak sel normal yang ada sehingga merusak pula tatanan jaringan yang diakhiri dengan menurunnya fungsi organ yang terserang. Hal tersebut juga dapat terjadi pada sel-sel sestem imunitas (kekebalan tubuh). Sedemikian hebatnya sampai sel-sel kanker dapat menyebar dari organ satu menuju organ lainnya melalui pembuluh darah, sehingga mampu merusak hampir semua organ yang dilaluinya. Propolis membentuk jarak antara sel-sel tubuh dengan sel-sel kanker, dengan suatu pengertian bahwa sel kanker yang sifatnya parasit (menghisap makan dari sel sehat) dihambat sifat parasitnya sehingga membuat sel kanker menjadi sulit untuk berkembang bahkan menghentikan perkembangannya. Keadaan ini membuat sel-sel tubuh yang normal mendapat kesempatan untuk melakukan aktivitasnya dan melakukan replikasi regenerasinya yang sesuai dengan seharusnya terjadi. Cara kerja propolis inilah yang dianggap istimewa, bila dibanding dengan pengobatan medis lainnya yang selain menghancurkan sel kanker juga merusak sel-sel tubuh yang masih tidak normal. Tidak mengherankan kalau Propolis dapat menyembuhkan penderita kanker dan membuat penderita pulih kembali. Demikian pula pada penderita Leukimia (keganasan sel darah putih). Penelitian serupa diatas diperkuat lagi yaiut pada tahun 1991, oleh Comprehensive Cancer Centre dan Institute of Cancer Research of Colombia University tentang pengaruh Bee Propolis terhadap kesehatan dengan judul :
“Suppression of Adenovirus Type 5E1A-Medical-Transformation and Expression of The Transformed Phenotype by Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE)”.

Disini dibicarakan bagaimana CAPE yang diekstrak dari Bee Propolis, mampu memberikan perlawanan yang efektif terhadap infeksi virus dan beberapa jenis kanker yang disebabkan oleh infeksi virus termaksud.

Menurut Prof. Dr. Mustofa M. Kes Apt, kepala bagian Farmakologi dan ToksikologiFakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada dalam Trubus mengatakan tentang kegunaan Propolis. Antara lain mengandung flavonoid, asam orbanat, fitosterol dan terpenoids. Zat-zat itu terbukti mengandung sifat:
·         Anti inflamasi (anti peradangan)
·         Anti mikroba, anti virus, anti jamur
·         Antihistamin (anti alergi)
·         Anti mutagenik (mencegah mutasi)
·         Anti oksidan
Menurut penelitian sang guru besar ini secara invivo Propolis mempunyai efek sitotoksik terhadap kanker. Hal ini sejalan dengan penelitian dr. Woro Pratiwi M Kes. SpPD dari FK UGM. Riset Invivo Propolis di Minesota, Minneapolis, USA. Propolis berpotensi meningkatkan kekebalan tubuh melawan virus HIV dan menghambat 85% ekspresi HIV.

Menurut Prof. dr. Aznan Lelo. Phd. SPFK yang merupakan kepala departemen Pharmacology dan Therapik Universitas Sumatra Utara, Propolis juga sangat efektif untuk pengobatan keradangan liver karena mempunyai sifat hepatoprotective dan dari berbagai makanan kesehatan seperti bawang putih, minyak ikan, buah merah, coconut oil, yang tertinggi adalah Propolis.

Menurut penelitian dan riset Dra. Mulyati Sarto. MSi dari LPPT UGM menunjukkan bahwa Propolis aman dikonsumsi jangka panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar